Investor Asing Bergerak Cepat Jelang Pemilu

Investor Asing Bergerak Cepat Jelang Pemilu

Jumat, 07 Maret 2014
catDKN.com - Investor asing lebih meyakini bahwa awal tahun ini merupakan momen tepat untuk masuk ke pasar saham. Di saat investor domestik melakukan aksi jual secara masif, pemodal asing justru bertindak sebaliknya.

 

Sampai dengan penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin, asing mencatatkan net buy atau pembelian bersih senilai Rp 9,7 triliun.

Konsolidasi data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukan sepanjang Januari tahun ini investor asing melakukan aksi beli senilai Rp 21,38 triliun dan aksi jual Rp 14,84 triliun. Dengan demikian terjadi selisih bersih pembelian senilai Rp 6,54 triliun. Total volume yang ditransaksikan investor asing sepanjang Januari 2014 mencapai 15,43 miliar saham.

Sebaliknya, pada periode yang sama investor domestik justru melakukan net sell atau penjualan bersih Rp 26,3 triliun. Angka itu tercatat setelah pemodal dalam negeri melakukan aksi beli senilai Rp 17,17 triliun dan aksi jual Rp 43,47 triliun. Total volume saham yang ditransaksikan investor domestik sebanyak 62,62 miliar saham.

Sepanjang Januari tahun ini, transaksi saham di BEI mencapai Rp 96,88 triliun. Sebanyak Rp 13,88 triliun atau setara 14,33 persen di antaranya terjadi di pasar negosiasi. Sedangkan mayoritas sisanya terjadi di pasar reguler. Analis PT CIMB Securities Ayub Z Silalahi optimistis total transaksi pada Februari lalu bisa lebih tinggi.

"Karena rata-rata transaksi harian lebih tinggi pada Februari, yakni sekitar lebih dari Rp 5 triliun," katanya kemarin. Rata-rata transaksi harian pada Februari itu lebih tinggi jika dibandingkan Januari yang di kisaran Rp 4 triliun.

Ayub menilai investor asing pada Februari masih melakukan aksi beli. Itu terlihat pada catatan aksi beli bersih asing yang sempat hampir menyentuh Rp 11 triliun, meskipun saat ini sedikit berkurang akibat beberapa situasi terutama kondisi global terkait konflik di Ukraina.

Dia mengatakan, agresivitas pemodal asing memberikan tanda bahwa mereka optimistis terhadap pasar saham di Indonesia. "Bayangkan saja tahun lalu mereka net sell Rp 20-an triliun dalam setahun saat IHSG (indeks harga saham gabungan) akhirnya ditutup minus 0,9 persen. Sekarang dalam dua bulan saja, setengahnya sudah kembali lagi dan IHSG naik hampir 8 persen secara year to date," katanya. Pada penutupan perdagangan kemarin IHSG tumbuhb 7,65 persen sejak awal tahun.

Ayub mengatakan, aksi investor asing tidak dilakukan atas dasar spekulasi. Semangat investor asing untuk masuk ke pasar saham di Indonesia, kata Ayub, sebaiknya menjadi pertimbangan bagi pemodal domestik untuk melakukan hal yang sama. Meskipun aksi itu terkesan bertolak belakang dengan konsensus penilaian yang meyakini pasar saham Indonesia baru akan bullish pada semester kedua, atau pasca terpilihnya presiden baru.

Namun jika dicermati, kata Ayub, tidak ada yang salah dengan strategi investor asing itu. Jika tak segera masuk pasar, investor domestik bisa terlambat. Aksi menunggu dan mengamati perkembangan sebaiknya dilakukan pasca pemilu legislatif, atau menjelang terpilihnya presiden baru.

"Sebab sejelek-jeleknya kondisi pasca pemilu nanti, di semester kedua investor asing bisa keluar pasar dengan senang hati (karena sudah mencetak gain positif sejak semester pertama). Atau kalau ternyata benar-benar terjadi pasar bullish di semester kedua, mereka akan lanjut dan semakin kaya."

Pada saat pasar bullish terjadi di semester kedua, pengendali pasar adalah para pemodal besar. Sebaliknya investor kecil hanya sanggup menjadi penonton karena tertinggal oleh posisi pasar yang sudah terlanjur tingg